Selasa, 17 Januari 2012

RESONASI JIWA

1.    Hidup Adalah Pilihan

Pada sebuah ladang yang subur ada dua buah bibit tanaman yang terhampar, bibit yang pertama berkata : ”aku ingin tumbuh besar, aku ingin menjejakkan akar ku dalam-dalam ditanah ini dan menjulangkan tunas-tunasku diatas kerasnya tanah ini, aku ingin membentangkan semua tunasku untuk menyampaikan salam pada musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daun ku.” Dan bibit pertama itupun tumbuh makin menjulang.
Bibit kedua bergumam :”aku takut jika ku tanamkan akar ku kedalam tanah ini aku tidak tahu apa yang akan kutemui dibawah sana, bukankah dibawah sana sangat gelap, dan jika kuteroboskan tunasku keatas bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilangâ, tunasku ini pasti akan terkoyak..?, apa yang akan terjadi jika tunas ku terbuka..? dan siput-siput mencoba untuk memakannya, dan pasti jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabut ku dari tanah,,,!!! Tidak,,,tidak..!! Dan bibit kedua itupun menunggu dalam kesendiriannya.
Beberapa pekan kemudian seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi dan ayam itupun segera mematuk bibit tersebut sehingga ia tidak bisa untuk tumbuh lagi.
Kesimpulan :
“Selalu aja pilihan dalam hidup, selalu aja ada peran-peran yang harus kita jalani, namun sering kali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keragu-raguan dan kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita sering terbuai dengan alasan- alasan untuk tidak mau melangkah, tidak mau menatap hidup karna hidup adalah pilihan maka hadapilah itu dengan gagah dan karena hidup adalah pilihan maka pilihlah dengan bijak.”
2.    Pertunjukan Akhir

Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya.

Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya.
Sesudah berhasil melatih ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit tubuhnya.
Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, dan akhirnya ia terkulai mati.

    Kesimpulan :
 “Kadang-kadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa itu telah mulai melilit hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya.”
















3.    Tempayan Retak

KITA SEMUA ADALAH TEMPAYAN RETAK
Seorang Tukang air di India memiliki 2 tempayan besar,masing masingnya bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yg dibawa menyilang pada bahunya,ternyata 1 dari tempayan itu retak,sedangkan tempayan yg lain tidak. Jika tempayan yg tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalan panjang dari mata air kerumah majikannya,sedangkan tempayan retak itu hanya bisa membawa setengahnya. Selama 2 tahun hal ini terjadi setiap hari, Si Tukang air hanya bisa membawa 1 setengah tempayan air kerumah majikannya. Tentu saja si tempayan tidak retak merasa bangga atas prestasinya,karna dapat melaksanakan tugasnya dengan sempurna,Namun si tempayan retak itu merasa malu sekali akan ketidak sempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya bisa memberikan separuh dari porsi yg seharusnya dapat diberikannya.
Setelah 2 tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini,tempayan retak itu berkata kepada si Tukang air.
Tempayan retak : “ saya sungguh merasa malu kepada diri saya sendiri tuan dan saya ingin mohon maaf kepadamu”
Tukang air : “ kenapa? kenapa kamu harus malu?” Tanya si tukang air
Tempayan retak : “ya, selama 2 tahun ini, saya hanya mampu membawa separuh air dari porsi yg seharusnya saya bisa bawa,retakan disisi saya ini, telah membuat air yg saya bawa,bocor sepanjang jalan kerumah majikan kita,karena cacat ku itulah tuan, saya telah membuat anda rugi” jawab tempayan retak dengan sedih.
Si tukang air merasa kasihan kepada tempayan retak, dan dalam belas kasihannya dia berkata
Tukang air : “jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga bunga indah di sepanjang jalan”.
Ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga bunga indah sepanjang sisi jalan,itu membuatnya sedikit terhibur,Namun di akhir perjalan dia kembali sadiah,karena separuh air yg dibawanya telah bocor dan kembali si tempayan retak itu meminta maaf kepada si tukang air atas kegagalannya. si tukang air berkata kepada tempayan retak,
Tukang air : “ apakah kamu menyadari bahwa ada bunga bunga indah sepanjang jalan disisimu? Tapi tidak ada bunga di sisi tempayan lain yang tidak retak itu,itu karna aku selalu menyadari akan cacatmu,dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih bunga sepanjang jalan disisimu,dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih benih tersebut, Selama 2 tahun ini aku telah dapat memetik bunga bunga indah itu untuk menghiasi meja majikan kita, TANPA KAMU SEBAGAI MANA KAMU ADANYA , MAJIKAN KITA TIDAK AKAN DAPAT MENGHIAS RUMAHNYA SEINDAH SEKARANG”

    Kesimpulan :
” Setiap Dari Kita Memiliki Cacat Dan Kekurangan Dari Kita Sendiri,Kita Semua Adalah Tempayan Retak, Namun Jika Kita Mau , Tuhan Akan Menggunakan Kekurangan Kita Untuk Menghias Mejanya.”
“Dimata Tuhan Yg Bijaksana, Tidak Ada Yg Terbuang Percuma,Jangan Takut Akan Kekurangan Anda , Kenalilah Kelemahan Anda Dan Anda Pun Dapat Menjadi Sarana Keindahan Tuhan.”



4.    Jessica

Pada suatu malam, “Budi” seorang executive success, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas berkas pekerjaan kantor,yg dia bawa pulang kerumah,karna keesokan harinya ada rapat umum yg sangat penting dengan para pemegang saham.
Ketika sedang asik menyeleksi dokumen kantor tersebut,Putrinya Jessica datang mendekati dan berdiri dekat disampingnya sambil memegang buku cerita baaaarrruuu. Buku itu bergambar seorang peri kecil yg sangat menarik perhatian Jessica.
Jessica : “pa , lihat Jessi punya buku baru baaaguss deCcCcChh!!” Jessica berusaha menarik perhatiaan ayahnya, Budi menengok kearahnya sambil menurunkan kacamatanya.kalimat yg keluar hanya kalimat basa basi
Budi : “waaah, bagus ya Jes”
Jessica : “iya papa” Jessica merasa senang , karena ada tanggapan dari ayahnya. “bacaan Jessi dong pa” pinta Jessi dengan lembut
Budi : “waaah, papa sedang sibuk sekali ni,jangan sekarang deh” sanggah Budi dengan cepat,lalu Dia mengalihkan perhatiaannya dengan kertas kertas yg berserakan didepannya.
Jessica diam, tapi dia belum menyerah,dengan suara lembut dan sedikit manja,dia kembali merayu ayahnya
Jessica : “pa,mama bilang, paaapa mau baca untuk jessy”
Budi : “lain kalii Jessica,sana! Papa lagi banyak kerjaan nih” budi berusaha memusatkan perhatiannya kepada lembaran kertas kertas tadi.
Menit demi menit berlalu, Jessica menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempat yg penuh harap dan tiba tida Dia memulai percakapan lagi.
Jessica : “pa, gambarnya bagus bagus deh,papa pasti suka.
Budi :” Jessica, papa bilang “ LAIN KALI” Budi membentaknya dengan keras, kali ini Budi berhasil membuat Jessica mundur.Matanya berkaca kaca, dan dia bergeser menjauhi ayahnya
Jessica : “ya pa, lain kali aja ya pa” dia masih sempat mendekati ayahnya dan menyentuh lembut tangan ayahnya,dia menaruh buku cerita di pangkuan ayahnya.
Jessica :”pa, kalau papa ada waktu, papa baca keras keras ya pah, supaya Jessica bisa denger.
Hari demi hari telah berlalu tanpa terasa 2 pekan berlalu,namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi. Buku cerita peri kecil, belum pernah dibacakan bagi dirinya,hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras.
Beberapa tetangga melaporkan dengan histeris,bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabuk yg membawa kendaraannya dengan kencang di depan rumah Budi.
Tubuh Jessica mungil terlempar beberapa meter . Dalam keadaan yg begitu panik,ambulans didatangkan secepatnya.
Selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica sempat berkata dengan begitu lirih,
Jessica :”papa,mama, jessi takut pa. Jessi sayang papa dan mama”
Darah segar terus keluar dari mulutnya,hingga dia tidak tertolong lagi,Ketika sesampainya dirumah sakit terdekat.
Kejadian hari itu mengguncang hati nurani Budi, tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji.kini yg ada hanyalah sebuah penyesalan. Permintaan sang buah hati yg sangat sederhanapun tidak dia penuhi.
Masih segar terbayang dalam ingatan Budi, tangan kecil anaknya yg memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita. Kini , sentuhan kecil itu sangat berarti sekali.
Sore itu setelah segalanya berlalu , yang tersisa hanyalah kesunyian dan keheningan hati. Canda dan riang Jessica kecil , tidak akan terdengar lagi.
Budi mulai membuka buku cerita peri kecil yg diambilnya perlahan dari obokan mainan Jessica dipojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan yg tak berbentuk, menghiasi lembar lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil. Budi menguatkan hati dengan mata yg berkaca kaca. Dia membuka halaman pertama dengan suara yg sangat keras.Tampak sekali Dia berusaha membacanya dengan sangat keras(bayangkan orang ygi menangis berteriak menyesali perbuatannya) .
Dia terus membacanya dengan keras keras, halaman demi halaman, dengan berlinang air mata .
Budi :” Jessi, dengar, papa baca untukmu nak” selang beberapa kata,hatinya pun memohon lagi
Budi : “jessi, papa mohon ampun nak, papa sayang sama Jessi.” Seakan tiap kata dalam bacaan itu,begitu menggores lubuk hatinya .
Tak kuasa menahan sakit, Budi bersujud dan menangis,memohon kepada tuhan untuk diberi kesempatan lagi.
Untuk belajar MENCINTAI.

    Kesimpulan :
 “ Luangkanlah Waktu Untuk Orang Yang Anda Cintai Dan Kasihi, Karna Hidup Hanya Sekali”







5.    Duka Di Perjalanan

Dari kejauhan lampu lalu lintas diperempatan itu masih menyala hijau, seorang pria tersebut saja Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tidak mau terlambat apalagi perempatan cukup padat, sehingga lampu merah menyala cukup lama. Lampu berganti kuning hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segara. 3 Meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala, Jack bimbang haruskah ia berhenti atau terus jalan.
“Ahh..aku tidak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak” pikir Jack sambil terus melaju.
tetapi tiba-tiba ia mendengar suara peluit, dan diseberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack pun menepikan kendaraan sambil mengumpat dalam hati, dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu, dan tak lain adalah Bobby teman mainnya semasa SMA dulu. Kemudian Jack memutar keluar sambil membuka kedua lengannya sambil berkata “Hai bob, senang ketemu kamu lagi”.
“Hai jack” jawab bobby tanpa senyum,
“waduh sepertinya saya kena tilang lagi neh. Saya memang agak buru-buru Bob, maklum hari ini istri saya ulang tahun. Dia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya, tentu saya tidak boleh terlambat pulang kerumah donk istri saya sudah menunggu dirumah masalahnya”Jack mencoba berkilah.
“Hmmm..sebenarnya saya mengerti, tapi sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah dipersimpangan ini. Sekarang berikan SIM mu Jack”, jawab Bobby
Kemudian ia menuliskan sesuatu dibuku tilangnya, melihat sikap Bobby yang dingin Jack masuk ke mobil dan memandangi wajah Bobby dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca mobil itu sedikit cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata bobby kembali ke posnya. Jack mengambil surat
tilang yang diselipkan bobby di sela kaca jendela. tapi ternyata SIMnya dikembalikan bersama dengan sebuah nota tulisan tangan bobby yang isinya adalah:
“Halo jack, tahukah kamu Aku dulu memiliki anak perempuan, sayang dia telah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama tiga bulan, begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada, kami terus berusaha dan berharap agar tuhan mengkaruniai kami seorang anak agar bisa kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu, betapa sulitnya Jack. Begitu juga kali ini. Maafkan aku teman, doakan agar permohonan kami terkabul. berhati-hatilah dijalan. Salam Bobby.
Setelah membacanya Jack terhenyak dan langusng mencari Bobby, tetapi ia telah meninggalkan pos. Dan sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.
Kesimpulan :
“Sahabat, Tidak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain, Bisa jadi tawa kita tidak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.”








6.    Mata Cinta Kopi Asin

Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta. Si gadis tampil luar biasa cantik. Banyak lelaki yang mencoba mengejar si gadis. Si pria sebaliknya, tampil biasa saja dan tak ada yang begitu memperhatikannya. Tapi, saat pesta usai, dia memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, dia mengangguk.

    Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop. Si pria sangat gugup, tangannya acap bergetar dan dia tak berkata apa pun. Si gadis yang merasakan ketegangan itu, kian tak nyaman. Dia pun berkata, "Tidakkah kita lebih baik pulang saja?" Namun, tiba-tiba pria itu berkata, untuk pertama kalinya, sambil melambai pada pelayan, "Bisa minta garam untuk kopi saya?"

    Semua orang yang mendengar, memandang dengan aneh ke arah si pria itu. Si pria, jelas, wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya, dan dengan tenang, meminumnya.

Si gadis dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu bisa punya hobi seperti ini?"

Si pria menjawab, "Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut. Saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan air laut, asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya: ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya yang masih tinggal di sana."

   Begitu kalimat terakhir usai, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya. Si gadis berpikir, bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, perduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya. Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung halamannya nun jauh di sana, masa kecilnya, dan keluarganya.

    Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat, juga menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua. Mereka akhirnya berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya: dia sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat perduli.... betul-betul seseorang yang sangat baik. Ah, dia hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu. Untung ada kopi asin.
    Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita cinta, sang putri menikah dengan sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya. Dan setiap sang putri membuat kopi untuk sang pangeran, ia selalu membubuhkan garam di dalamnya, bukan gula, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai suaminya.

Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat. Dengan gemetar, si istri membaca surat itu:
   "Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku bersamamu adalah dusta belaka. Meski hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu... tentang kopi asin.Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu. Sebenarnya saya ingin minta gula, tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk mengubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman. Jadi saya maju terus. Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Awal keakraban dan mata cinta kita. Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, untuk menjelaskannya padamu, tapi saya terlalu takut. Karena saya telah berjanji untuk tidak berbohong, sekali pun.Sekarang saya sekarat. Saya tidak takut apa-apa lagi, jadi saya katakan padamu yang sejujurnya: saya tidak suka kopi asin, betul-betul aneh dan rasanya sungguh tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekali pun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi."

Air mata si istri betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari, bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam? Si gadis pasti menjawab, "rasanya manis," dengan senyuman, dan dua titik air mata di pipi.










7.    Cinta Dan Waktu

Alkisah disuatu pulau kecil, tinggalah berbagai macam benda-benda abstrak, ada cinta, kesedihan. Kekayaan, kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik, namun suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil  itu, dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau tersebut. Semua penghuni mulai cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Cinta sangat kebingungan, sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu, ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan sementara itu air makin naik membasahi kaki cinta, tidak lama kemudian cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu,
“kekayaaaaaan, kekayaaaaaAAn, tolonglah aku”, teriak cinta,
aduh maaf cinta. Perahuku telah penuh dngn harta bendaku, aku tidak dapat membawa mu, nanti perahu ku tenggelam, lagi pula tak ada tempat lagi bagi mu di perahu ini, kata kekayaan. Lalu kekayaan cepat-tiba mengayuh perahunya pergi, cinta sedih sekali. Namun kemudian dilihatnya kegembraan lewat dengan perahunya,
“kegembiraan tolong aku”, teriak cinta,
namun kegembiraan terlalu gembira karena ia telah menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan cinta, air semakin tinggi membasahi cinta sampai ke pinggang dan cinta semakin panik, tidak lama kemudian lewatlah kecantikan,
” kecantikan bawalah aku bersamamu”, pinta cinta,
wah cinta lihatlah kamu basah dan kotor aku tidak  bisa membawamu ikut, nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini, sahut kecantikan. Cinta sedih sekali mendengarnya, ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah kesedihan,
wahai kesedihan bawalah aku bersamamu, cinta meminta untuk ikut serta,
“maaf cinta aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja”, kata kesedihan sambil terus mengayuh perahunya, cinta putus asa ia merasa air makin naik dan akan menenggelamkannnya,
pada saat kritis itulah tiba2 terdengar suara, “cinta mari cepat naik ke perahu ku”,
cinta menoleh kearah suara tersebut dan melihat seorang tua dengan perahunya.
Cepat-cepat cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya dipulau terdekat, orang tua itu menurunkan cinta dan segera pergi. pada saat itu barulah cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang mnyelamatkannya, cinta segera menanyakan kepada seorang penduduk di pulau tersebut. Siapa sebenarnya orang tua tadi.
“Pak, siapakah orang tua yang tadi” tanya cinta, “owh,
orang tua tadi dia adalah sang waktu”, jawab penduduk,  tapi mengapa ia menyelamatkanku, aku tidak mengenalnya, bahkan teman – teman  yang mengenal ku pun enggan menolong ku. Cinta heran, dan penduduk itupun menjawab, “hanya waktu lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu!!!.









8.    Kearifan Segenggam Garam

Dahulu kala, hiduplah seorang lelaki tua yang terkenal saleh dan bijak. Di suatu pagi yang basah, dengan langkah lunglai dan rambut masai, datanglah seorang lelaki muda, yang tengah dirundung masalah. lelaki itu tampak seperti orang yang tak mengenal bahagia. Tanpa membuang waktu, dia ungkapkan semua resahnya: impiannya gagal, karier, cinta dan hidupnya tak pernah berakhir bahagia.

     Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan teliti dan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Dia taburkan garam itu ke dalam gelas, lalu dia aduk dengan sendok, tenang, bibirnya selalu tampilkan senyum.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?" pinta Pak tua itu.
"Asin dan pahit, pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah ke tanah.
      Pak Tua itu hanya tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ini berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan beriringan, tapi dalam kediaman. Dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, masih dengan mata yang memandang lelaki muda itu dengan cinta, lalu menaburkan segenggam garam tadi ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga, yang membuat gelombang dan riak kecil. Setelah air telaga tenang, dia pun berkata,
"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah".

Saat tamu itu selesai meneguk air telaga, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?"

"Segar," sahut tamunya.

"Apakah kamu masih merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak tua lagi.
"Tidak," jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di tepi telaga.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. Kepahitan itu anakku, selalu berasal dari bagaimana cara kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan: lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya.


Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan wadah pergaulanmu supaya kamu mempunyai pandangan hidup yang luas. Kamu akan banyak belajar dari keleluasan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasihat.

"Hatimu anakku, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dankebahagiaan. Dalam bahasa Jawa ada istilah usus kali serayu, ati segoro. Maksudnya adalah bahwa kita seyogyanya menghadapi cobaan dengan kesabaran dan ketabahan".

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar di hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.










9.    Refleksi Diri

Suatu hari seorang anak kecil dan ayahnya sedang berjalan di sebuah gunung. Karena jalannya licin tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, "Aaahhh!!!" Betapa kagetnya ia, ketika mendengar ada suara dari balik gunung, "Aaahhhh!!!"

Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, "Hai siapa kau?" Ia mendengar lagi suara dari balik gunung, "Hai siapa kau?"

Ia merasa dipermainkan dan dengan marah ia berteriak lagi, "Kau pengecut..!!" Tapi sekali lagi dari balik gunung terdengar suara balasan, "Kau pengecut..!!"

Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya, "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?"Siapa orang meniru ucapan2ku tadi mengapa aku tak melihatnya" Ayahnya tersenyum dan berkata, "Anakku, mari perhatikan ini"

Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada gunung,
"Aku mengagumimu..!!"
Dan suara itu menjawab, "Aku mengangumimu..!!"
Sekali lagi ayahnya berteriak,"Kau adalah sang juara..!!"
Suara itu pun menjawab lagi,"Kau adalah sang juara..!!"

Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. Kemudian ayahnya menjelaskan,
"Anakku, orang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya ada makna lain dalam kehidupan kita ini ia akan mengembalikan pada kita apa yang telah kita lakukan dan  katakan. Hidup kita ini hanyalah refleksi dari tindakan kita."

Kesimpulan :
Kisah diatas menceritakan ttg gema. Perbuatan dan perkataan kita akan pulang kembali pada kita. bila kita banyak berbuat baik maka banyak pula kebaikan datang. Bila perkataan yang baik dan santun kita akan mendapatkan perkataan yang baik dan santun pula. Memang begitulah hakekat hidup kita mendapatkan apa2 yang tela kita usahakan.Namun sebagai orang muslim ada satu hal yang harus kita imani yaitu takdir. Tak selamanya usaha bagus menghasilkan hasil yang bagus pula. Terkadang Allah ingin menguji kita sehingga hasilnya adalah kebalikan dari harapan kita.

Gema kehidupan ini memang benar adanya...hanya saja bila dilihat dialam yang nyata tak semua tempat didunia ini akan menghasilkan gema. Jadi tak semua kasih sayang tulus akan dibalas dengan kasih sayang pula. Ada yang menggema ada pula tidak. Namun berbuat kewajiban pasti ada balasnya. Bila tak didapat didunia maka Allah akan memberikannya diakhirat.
Hukum gema berlaku ditempat2 yang kosong...seperti digunung, ruangan kosong dan sebagiannya. Gema sangat terlihat pada pendidikan anak2...apa2 yang kita lakukan dan katakan ia akan terlihat pada nak kita. Anak adalah lembaran kosong yang dapat membalas gema kita orangtuanya, namun selain kita ia juga menggemakan waspada akan gema yang datang dari luar diri kita ortunya..seperti gema yang berasal dari oranng sekitarnya dan lingkungannya.

Jadi bila mengingin generasi yang baik maka perbaiki diri untuk menjadi orang baik...anak adalah cermin diri yang pertama..baik orangtua baik pula anaknya...ingin anak sholeh jadilah orangtua yang sholeh pula...lakukan perbuatan dan perkataan baik maka gemanya juga akan baik...dan berikutnya berikan ia lingkungan yg baik pula agar gema dari lingkungannya juga akan baik....sesuai dengan sabda Rasulullah sbb:
Rasulullah Saw bersabda" Setiap orang dilahirkan dalam keadaaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrni atau majusi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar